Jumat, 07 Feb 2020, 18:58:09 WIB, 3521 View Administrator, Kategori : Sains

(KIM Asabri) Jum' at (07/02/2020) Menyambut Hari Cinta Tanah Air tanggal 14 Februari, yang juga merupakan tanggal dimana PETA DAIDAN Blitar melakukan pemberontakan terhadap Jepang. Walaupun Pemberontakan PETA di Blitar terhadap Jepang gagal namun bukan berarti sia-sia karena dalam pemberontakan tersebut berhasil mengibarkan bendera merah putih yang berkibar selama 3 Jam oleh Sudanco Parto Harjono dan mengobarkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. PETA juga memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Peran pasukan PETA dalam peristiwa Rengasdengklok dalam detik-detik kemerdekaan Indonesia serta PETA adalah cikal bakal Tentara Nasional Indonesia. Pemberontakan PETA tersebut sebagai wujud cinta tanah air yang ditampilkan melalui perang masa revolusi melawan penjajah Jepang yang dilakukan generasi muda. Usia Shodanco Suprijadi waktu itu 22 tahun dan menjabat sebagai komandan pasukan. Kekecewaan, kemarahan terhadap Jepang karena adanya kerja paksa (Romusha) yang menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia dan kecintaan kepada tanah air mendorong Suprijadi dan PETA Daidan Blitar melakukan pemberontakan.

Cinta bukan hanya disampaikan melalui kata-kata tetapi membutuhkan bukti melalui perilaku. Cinta juga bukan hanya sebatas kepada pasangan atau terhadap seseorang tetapi juga kepada tanah air. Pemberontakan PETA 14 Februari 1945 adalah perjuangan cinta terhadap tanah air. Sekarang memang bukan lagi masa revolusi yang berjuang sebagai wujud cinta tanah air melalui angkat senjata, namun perjuangan sebagai bukti cinta tanah air melalui berbagai bidang kehidupan di era globalisasi. Sebagai penutup, pertanyaan berikut diajukan kepada semua Warga Negara Indonesia terutama generasi muda apa yang sudah kita lakukan dan berikan kepada tanah air sebagai wujud cinta terhadap Indonesia ?. Shodanco Suprijadi dan pemberontakan PETA sudah memberikan contoh dan bukti cinta tanah air yang dapat kita jadikan sebagai tauladan.

Dan tempat dimana Sang Saka Merah Putih berkibar tersebut kemudian di bangun sebuah Monumen yaitu Monumen Potlot, yang diresmikan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman pada tahun 1946. Lokasi Monumen Potlot yang berada satu lokasi dengan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya menjadi Monumen Potlot tidak terlihat dari luar karena memang berada di area belakang Taman Makam Pahlawan, sedangkan akses masuk satu - satunya harus melewati Pintu Utama Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya.

Kondisi Monumen Potlot sendiri terkesan kurang terawat, ada beberapa huruf di monumen yang lepas, seandainya ada akses tersendiri untuk menuju Monumen Potlot dan tidak menjadi satu dengan akses Taman Makam Pahlawan mungkin Monumen Potlot bisa menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang tentunya Monumen Potlot tidak bisa dipisahkan dengan Monumen PETA sekarang ini. Keberadaan Monumen Potlot menjadi salah satu bukti cinta terhadap negeri ini dan semoga tidak tergerus oleh modernisasi sehingga lambat laun terlupakan, Kemerdekaan Negeri ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh perjuangan PETA dengan bukti perlawanan yang tertuang pada tulisan di Monumen Potlot.

  1. Tugu Peringatan Pemberontakan PETA BLITAR melawan Pendjadjah Jepang, Diresmikan Pada Th. 1946 oleh Bapak TNI Djendral Soedirman.
  2. Ditempat ini pula Bendera Sang Merah Putih untuk pertama kali dikibarkan oleh Shudanco Parto Hardjono dalam detik - detik Pemberontakan sedang bergolak pada 14 Februari 1945.

Selamat Hari Cinta Tanah Air (14 Februari 2020) #KIMAsabri #KampoengCyber #monumenpotlot





Tuliskan Komentar