Selain Makam Bung Karno, Kota Blitar juga memiliki tujuan wisata religi lainnya, yakni makam Adipati Aryo Blitar. Beliau putra ke tiga dari Pakubuwono I dengan Permaisuri. Nama asli beliau adalah G. Sudomo dan memiliki gelar K.G.P.Ad. Balitar. Gelar lainnya adalah Adipati Nilosuwarno (Adipati Haryo Blitar Ke 1). Saat ini makam beliau menjadi kawasan wisata religi yang terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo maka tak salah jika kelurahan ini di sebut sebagai Kampung Adipati Aryo Blitar. Sebuah kampung yang memliki akar sejarah yang paling kuat terhadap berdirinya Kota dan Kabupaten Blitar. Kawasan ini ramai dikunjungi pada malam Jumat Legi atau bulan Suro. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung bertujuan untuk berziarah ke makam beliau. Di samping pintu cungkup, pengunjung dapat menyaksikan genealogi dari Adipati Aryo Blitar. Genealogi tersebut menjelaskan mengenai silsilah dari Sang Adipati yang merupakan keturunan dari Pakubuwono, Raja Surakarta.
Dahulu Bangsa Tartar sempat menguasai tanah Blitar, yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit sebagai penguasa nusantara merasa perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya itu mengutus Niluswara untuk memukul mundul Bangsa Tartar. Keberhasilan berpihak pada Niluswara. Ia akhirnya dianugerahi gelar Adipati Aryo Blitar I dan memimpin Blitar. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembalinya bangsa Tartar. Namun pada perkembangannya, terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja seorang patih Kadipaten Blitar.
Namun keberuntungan beralih. Aryo Blitar I lengser dan Ki Senguruh meraih tahta dengan gelar adipati Aryo Blitar II. Pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Djoko Kandung yang merupakan anak dari Aryo Blitar I. Djoko Kandung adalah anak hasil perkawinan antara Aryo Blitar I dengan Dewi Rayung Wulan. Kepemimpinan Djoko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda di bumi pertiwi. Sebenarnya rakyat Blitar yang multi etnies telah melakukan perlawanan. Tapi, perlawanan itu diredam oleh Belanda dengan membuat peraturan baru. Sehingga Belanda menetapkan Blitar sebagai Gemeente Blitar pada 1 April 1906 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandche Indie Tahun 1906 Nomor 150. Momen inilah yang sampai sekarang diakui sebagai hari jadi Kota Blitar.
Potensi Kampung Adipati Aryo Blitar sangatlah luar biasa. Selain terdapat makam adipati Aryo Blitar tokoh yang berpengaruh pada pembangunan Blitar yang makamnya banyak dikunjungi pada bulan Suro (Muharram) dan setiap malam Jumat legi. Warga Kelurahan Blitar juga turut melestarikan tradisi nyekar pada hari jadi Kota Blitar dan Kabupaten Blitar. Selain itu tradisi nyekar pada Suroan dengan kegiatan Grebeg Suro dilaksanakan setiap malam Jum’at Pahing.di meriahkan dengan berbagai macam kegiatan dan peringatan, diantaranya mengadakan pagelaran wayang kilit semalam suntuk, pawa dan karnaval, doa bersama dan baritan di setiap RT dan RW masing masing. Selain itu acara di meriahkan dengan pagelaran jaranan campursari dan tari tarian tradisional khas Blitar
Kelurahan Blitar sebagai salah satu kelurahan yang menjadi gudang kesenian di Kota Blitar karena banyaknya jumlah seniman yant terdiri dari 7 kelompok jaranan yang masing masing anggotanya sekitar 50 orang, 3 kelompok karawitan, 1 kelompok campursari dan 1 kelompok orkes dangdut membuat kelurahan Blitar sebagai salah satu kelurahan yang paling kuat melestarikan seni tradisi dan budaya di Kota Blitar. Besarnya potensi seni tradisi dan langgengnya budaya Kampung Budaya Adipati Aryo Blitar ini sudah tentu menjadi daya tarik wisata dan dapat dijadikan paket wisata budaya dengan paket-paket wisata lainnya seperti ziarah Makam bung Karno, makan gantung, makam mbah bendo. Selain itu bisa juga menjadi bagian dari paket wisata edukasi bagi pelajar dan masyarakat yang ingin mnedalami seni tradisi dan budaya di Kota Blitar.
Sudah semestinya Kampung Budaya Adipati Aryo Blitar secara rutin menyusun kalender wisata budaya dimana kegiatan dapat melibatkan semua kelompok seni jaranan, karawitan, campursari dan orkes dangdut untuk memberikan hiburan dan paket pembelajaran seni budaya kepada pengunjung baik secara rutin dan maupun tentatif. Kalender wisata budaya dapat pula di sesuaikan dengan peringatan hari besar nasional maupun hari besar agama dimana hampir setiap bulan dalam satu tahun ada hari peringatannya. Selain itu Kampung Budaya Adipati Aryo Blitar harus memberikan sentuhan konten dan ruang artaksi dengan benambahkan ornament atau penandas khas Kampung Budaya Adipati Aryo Blitar. Area seputar makam di desain sedemikan rupa untuk memberikan nuasa kuat untuk pelestarian cagar budaya.
Kampung Budaya Adipati Aryo Blitar sudah saatnya mereplikasi sebagai kampung kuno dengan sentuhan nuansa tempo dulu. Kegiatan dapat pula di meriahkan dengan berbagai pagelaran-pagelaran seni budaya sebagai ruang atraksi dan apresiasi bagi warganya dan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi kreatif. Kegiatan ekonomi sub sektor kerajinan, kuliner, desain fashion, foto videografi serta seni pertujukan akan menjadi hidup di Kampung Budaya Adipati Aryo Blitar. Ibarat pepatah di mana ada gula disitu ada semut tentu memberikan sepirit bagi warga Kelurahan Blitar untuk senantiasa berkreasi meningkatkan ekonomi melalui pelestarian seni tradisi dan wisata religi. Semoga. (*Ki Demang)