, 12 Mei 2017, 08:00:00 WIB, 3540 View Administrator, Kategori : Budaya

Kehidupan adalah sebuah keindahan, kehidupan adalah sebuah perjalanan sehingga akan selalu muncul rasa nyaman dan ketidaknyamanan, dan dalam kehidupan kita sehari - hari akan selalu di hadapkan pada sebuah kenyataan tentang hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, dua hubungan yang tidak akan mungkin kita lepaskan hingga kapan-pun. Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan terlepas dari hubungan kemanusiaan, bagaimana menjadi manusia yang baik dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sebuah konteks yang sederhana akan tetapi akan sulit untuk menerapkannya. Tapi jika kita sebagai manusia sudah memahami akan dengan mudah untuk melakukannya. Hanya perlu kemauan dan kesadaran yang tinggi dengan benar - benar memahami bahwa dari mana asal kita ...

 

Jika kita Indonesia maka kita akan memiliki satu kearifan lokal yang sangat membanggakan dan tidak akan di miliki oleh negara lain, akan tetapi ke-arif lokal ini sedikit demi sedikit tergerus oleh modernisasi dan perkembangan teknologi; Karena kemajuan berpikir dan tingginya tingkat pendidikan terkadang malah menjadi halangan manusia Indonesia untuk mempertahankan kearifanlokal Negeri ini, karena semakin maju dan berkembangnya negeri ini semakin hilang sebuah Toleransi dan Tenggang Rasa antar sesama di Negeri yang gamah ripah loh jinawi ini, dan hal ini tidak perlu sampai jauh - jauh ke kota Besar, cukup di lingkungan kita sendiri saja.

 

Sebelum kita bicara terlalu jauh mari kita pahami dulu sebuah perkataan Jawa, yaitu Tepo Seliro mudah - mudahan dari sekian banyak yang membaca tulisan ini minimal masih pernah mendengan ucapan &doublequote;TEPO SELIRO&doublequote;, adalah sebuah tindakan atau perbuatan yang merupakan gabungan dari Toleransi dan Tenggang Rasa, sedangkan &doublequote;TOLERANSI adalah bagaimana kita bisa menjaga perasaan diri terhadap perbuatan orang lain di tengah-tengah lingkungan kita yang berbeda dan majemuk. KALAU TENGGANG RASA merupakan kemampuan kita dalam menjaga perasaan orang lain atas perbuatan yang akan kita lakukan. 

 

Mari mulai kita tanyakan pada diri kita sendiri, masihkah anda temui masyarakat di sekitar anda terlihat guyub rukun untuk sekedar berkumpul dan bercengkrama kalau masih merasakan dan mengalami nya (bahagialah anda karena adan masih Indonesia), karena terkadang untuk menyapa tetangga saja seperti takut kehilangan permen yang terkulum di mulut (jika begini sudah tidak merasakan menjadi Indonesia). Masih kan anda temui anak - anak muda mampu menghormati dan menghargai orang yang lebih tua baik itu ucapan dan tingkah laku (jika masih ada berarti masih Indonesia), karena sangat jarang sekali kita menjumpai anak - anak muda yang memiliki kesantunan pada jaman ini.

 

Di samping itu, hal remeh lainnya yang sering dilakukan dalam lingkup kampung adalah tidak menegur atau sekadar memberi senyuman kepada tetangga di lingkungan, memarkir kendaraan sembarangan di depan rumah tetangga tanpa izin terlebih dahulu, atau tempat penampungan air bermasalah yang meluap hingga rumah tetangga, membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.  Jika hal-hal tersebut dibiarkan, bukan mustahil akan menimbulkan percekcokan antar-tetangga yang bisa mengganggu ketenteraman lingkungan sekitar.  Menjunjung tinggi sikap tepo seliro atau tenggang rasa bukan saja menjadi hal penting dalam mewujudkan harmoni kehidupan, tetapi juga menjadikan setiap diri mencapai martabat yang baik di hadapan manusia lain dan Tuhan. Hal ini seperti dituturkan pepatah Jawa yang lain, ajining diri dumunung saka lathi, atau tingginya martabat seseorang tergantung dari tingkah lakunya sehari-hari.

 

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mari menjadi bangga kita awali dengan menumbuh kembangkan Toleransi dan Tenggang Rasa dan tetap terus memiliki TEPO SELIRO agar kita bisa menjaga kearifanlokal dengan bangga menjadi Indonesia.





Tuliskan Komentar